Sekilas Museum Kereta Api Ambarawa
Pada 1863 dimulailah pembangunan jalan rel pertama di Indonesia (ketika itu masih disebut Hindia Belanda) antara Semarang dan daerah kerajaan (vorstenlanden) Surakarta dan Yogyakarta, melalui Kedungjati dan Gundih. Yang membangun adalah Nederlandsch-Indische Spoorwegmaatschappij (NIS) yang mendapat konsesi dari pemerintah Hindia Belanda. Salah satu syarat konsesi adalah dibangunnya lintasan cabang ke Ambarawa yang ketika itu adalah salah satu pusat militer kolonial. Pada 1873 seluruh jaringan itu selesai dibangun, Lebar sepur (gauge) yang dipilih adalah 1435 mm, seperti halnya di Eropa.
Antara 1898 dan 1907 dibangun lintasan Ambarawa-Secang-Magelang-Yogya dan lintasan cabang Secang-Parakan dengan lebar sepur 1067 mm yang lebih sesuai untuk lintasan yang melalui perbukitan. Bahkan karena curamnya medan yang harus dilalui antara Jambu-Bedono-Gemawang sepanjang hampir 6,5 kilometer diperlukan rel bergerigi.
Stasiun Willem I (Ambarawa), 1905
Railway Mountain Tour (Foto: Rob Dickinson)
PT Kereta Api Daerah Operasi IV Semarang sedang menyusun rencana pengembangan Museum Kereta Api Ambarawa agar benar-benar bisa menjalankan fungsi konservasi, penelitian, pendidikan dan rekreasi.
[1] Di masa pendudukan Jepang semua lintasan sepur lebar diubah menjadi 1067 mm.
Informasi tambahan: http://www.internationalsteam.co.uk/ambarawa/museum.htm
Comments
Saat ini C1218 melayani wisata uap "Sepur Kluthuk Jaladara" jurusan Jebres - Purwosari yang mana lokomotif uap tsb adalah salah satu lokomotif dari pabrikan Hartmann-Chemnitz.
CMIIW.